Ada seorang pemuda yang menemani perjalanan seorang ulama, Pemuda itu awalnya berniat menimbah ilmu sekaligus menjaga sang ulama saat keliling bedakwah. Pada saat istirahat sang ulama membuka bungkus makanannya. terlihat masih ada satu potong roti miliknya. Sang ulama yang alim itu memutuskan untuk mencari minum sebelum memakan rotinya itu. Tetapi alangkah terkejutnya sang ulama, karena satu-satunya roti yang ia miliki itu telah raib.
Si pemuda mengelak kalau dirinya telah memakannya. tetapi sang ulama sebenarmya tahu jika pemuda itulah yang telah memakan satu-satunya roti yang ia miliki, sang ulama kemudian mengujinya dengan izin Allah Swtmengubah batu menjadi sebongkah emas. Dengan membawa emas itu, sang ulama berkata kepada si pemuda, "emas ini akan aku bagi bertiga."
"untut siapa saja?"tanya si pemuda penasaran.
"Untukku," jawab sang ulama, "untuk kamu, dan untuk orang yang telah memakan rotiku tadi."
mendengar jawaban sang ulama, hati si pemuda itu terpikat. Kalau ia mengaku pasti akan mendapat dua jatah emas itu, sebab dialah yang mengambil dan memakan roti itu.
"Kalau begitu," kata si pemuda cepat-cepat, "aku mengaku kalau akulah yang memakan roti tadi. Apakah aku akan mendapatkan dua jatah emas ini?"
"Oh tentu saja," jelas sang ulama, "bahkan semua emas ini akan aku berikan kepadamu, tetapi jangan mengikutku lagi."
Benar saja, si pemuda lebih memilih sebongkah emas itu ketimbang belajar ilmu agama dan menemani sang ulama berdakwah. Mereka pun terpisah, sang ulama melanjutkan perjalanan ke selatan, si pemuda kembali ke utara.
Di tengah perjalanan, si pemuda itu dihadnag dua orang perampok. Mereka ingin merebut semua harta yang dibawa si pemuda, termasuk sebongkah emas itu.
"Jangan ambil semuanya," kata si pemuda, "lebih baik emas ini kita bagi bertiga, dan aku akan memberikan hartaku yang lain."
Rupanya si pemuda itu sudah punya rencana, sebelum memberikan emas itu, dia menaburi roti-roti yang dimilikinya dengan racun. Kalau roti-roti ini dimakan oleh para perampok itu, tentu saja mereka akan mati, dan sebongkah emas itu akan tetap menjadi miliknya. tetapi para perampok pun sudah punya rencana lain. mereka tidak akan membagi emas itu, dan akam membunuh si pemuda.
Rencana pun berjalan, si pemuda menyodori roti-roti dan minuman yang ia miliki kepada para perampok. tersebab lapar mereka pun dengan lahap memakan roti-roti itu. Setelah merasa kenyang, dengan begitu sadis mereka memukul dan membunuh si pemuda. Akhirnya si pemuda menghembuskan nafas terakhirnya sembari masih memegang sebongkah emas itu.
Begitu mau merebut emas itu, efek racun pun mulai bekerja. Kedua perampok itu merasa pusing, mual-mual, lemas, dan akhirnya mereka berdua pun pingsan lalu tewas. mereka semua tewas dan tidak berhasil menguasai emas itu. Dan apa yang terjadi dengan emas itu? rupanya emas itu telah berubah kembali menjadi batu, karena ternyata, sedari awal batu itu tetaplah batu, hany orang rakus saja yang melihatnya seperti bongkahan emas!
Begitulah akhir dari kerakusan, ketamakan, kehilangan kepercayaan dari seorang guru, kehilangan ilmu agama, sampai-sampai kehilangan satu-satunya nyawa yang diamanahkan Allah Swtkepadanya. Ambisi bila masih normal memang sangat bermanfaat untuk mengejar impian, ambisi menjadikan seseorang bersemangat meraih cita-citanya, tetapi bila kebablasan akan sangat berbahaya untuk diri sendiri.
sebab ambisius ini bisa mengubah seseorang menjadi tinggi hati, merasa dirinya paling superior, ingin menjadi paling jago, ingin selalu terlihat menonjol, dan tidak memercayai orang lain. lebih prahnya, begitu ia merasa hebat, ia menjadi ingin memiliki segala sesuatu yang di inginkannya.
Sumber Referensi : Dwi Suwiknyo, Cet-4, Ubah Lelah menjadi Lillah, (Yogyakarta: Genta Group, 2018), hlm. 14.